Sejatinya, riwayat rindu memang tak perlu bertemu. Tapi
agaknya, rindu tanpa pertemuan bagai ranting kehilangan dahan. Ya. Ia tak dapat
tumbuh dan makan. Ia tak dapat berfotosintesis dengan bahagia. Ia akan gila.
Ranting itu akan kering, tanpa dahan. Seperti riwayat rindu yang bersemayam
dalam tubuhku, ranting ini meraung memintaku untuk menumbuhkan dahan diantara
sayatan tajam pada kulitnya. Sayang, dahan yang kuinginkan enggan tumbuh.
Enggan bersapa, meski sekedar say hai
untuk ranting yang mengenaskan, menunggu dahan datang yang menjauh tak mau
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar