Jumat, 11 Januari 2013

Terimakasih untuk hujan yang Kau beri :)


Sadarkah kau akan kasih sayang yang Tuhan berikan? Mengalir, memeluk hujan sore ini. ya, sore ini aku melihat hujan. Hujan yang benar benar membuatku terdiam. Butiran air yang menunggu gilirannya untuk jatuh menetes dari dahan pohon mangga di depan rumah, membuatku takjub. 


Butiran air yang rela menetes untuk bersapa dengan rumput, tergelincir, hingga meresap melalui celah celah kecil di dalam tanah. Karena butiran air itu adalah penyiram bumi yang paling setia. Penyemangat  para jomblo yang senantiasa berdoa agar setiap malam minggu turun hujan. Selamat, sabtu sore ini hujan; doa kalian terkabul.

Aku suka melihat hujan, bermain dengan hujan, dan tersenyum karena hujan. Hujan menyadarkanku tentang kasih sayang yang Tuhan berikan, tentang cerita kehidupan selama empat belas tahun sebelas bulan aku hidup di dunia ini. Hujan yang memudarkan rasa rinduku kepadanya, pudar, menjadi rasa sayang kepadanya. Hujan yang selalu menghiburku ketika aku menangis karena keadaan. Saat aku merindukannya, hujan pula yang membuatku tersenyum bahagia karena aku tau, dia  akan selalu tersenyum dimanapun dia berada.

“Tuhan, terimakasih untuk hujan sore ini, mbkmra, dan hidup yang Kau beri,”


Kamis, 10 Januari 2013

My father is my hero {}


Pada dasarnya, aku menyayangimu. Sungguh menyayangimu. Meski aku tak tau paras tampan wajahmu, dan gagahnya dirimu membawa sebuah senapan dengan semangat juang yang tinggi. Dulu, setiap malam aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku bermimpi tentangmu, agar aku tau, betapa tampannya dirimu.
Namun, itu dulu! Bukan sekarang. Seiring berjalannya waktu, aku tak bisa mengendalikan pikiranku. Aku berjalan begitu saja, cepat, lebih cepat, dan sangat cepat. Seolah ingatanku hancur, remuk, dan tidak ada harapan untuk ku mengingat semua tentangmu.

Maafkan aku, namun aku benar benar tak ingin mengingatmu untuk saat ini. kau pernah ada dalam proses kehidupanku. Bagaimanapun juga, kau yang terhebat. Kini kau telah tiada. Pahlawanku telah tiada.
Kau. Pahlawan hebat yang melindungi aku dan ibu. Meski aku tak tau, tapi nenek pernah bilang, kau yang menghapus air mata ibu ketika ibu merasa kalah saat berperang dengan keadaan.  Kau yang memenangkan hati ibu diantara banyak tentara, polisi, dan anak juragan yang datang untuk melamar ibu menjadi pendamping hidupnya.

Kau beruntung. Bisa mendapatkan perempuan secantik ibu. Kau beruntung, perempuan yang kau nikahi sangat kuat sekali. Perempuan itu melahirkan seorang bayi tepat tujuh bulan ketika kau meninggalkannya sendirian disini.

Perempuan cantik yang setia menjadi pendamping hidupmu, selalu datang berziarah kepersemayamanmu setiap hari kamis itu, ku panggil dia ‘ibu’.

Maafkan aku, pahlawanku, perempuan cantikmu itu kini telah berbeda. Kini dia tak pernah mengunjungimu, kini dia sering kali memarahiku. Dan dia sudah menemukan pendamping hidupnya setelah kau tiada. Dan maafkan aku juga, pahlawanku. Sempat aku melupakanmu, bahkan hampir satu tahun lebih aku tak mengunjungi persemayamanmu.

 Maaf, maafkan aku. Tapi asal kau tau, kau tetap menjadi pahlawan hebatku dan ibu. Kau tetap menjadi Tentara Negara Indonesia Angkatan Udara yang terhebat, hebat dan sangat hebat. Selamat jalan pahlawanku, kau tetap menjadi ayahku. Ayah terhebat yang pernah ada.