Seperti itukah guru di
negeriku? :(
Selama ini dengan mudah mereka menggemborkan “Pendidikan
Karakter” di sekolah. Saya hidup di Sekolah Menengah Pertama, tak berbeda
dengan sekolah lain sekolahku selalu menggemborkan sebuah “Pendidikan Karakter”
setiap pembelajaran.
Guru yang selama ini mendidik muridnya dengan pendidikan karakter hanya
bermodal bualan mulut semata. Entah apakah semua guru di negeri ini seperti
itu, aku tak tau karena aku belum pernah mensurveinya satu persatu.
Pada nyatanya, pendidikan karakter itu tidak juga
berpengaruh dalam kalangan pelajar. Menyontek masih menjadi hal biasa yang
ditekuni setiap siswa. KKM yang tinggi menuntut mereka untuk melakukan sebuah
kesalahan terbesar dalam hidup, Tidak Percaya Diri.
Seperti itukah guru di negeriku? Seorang pengajar yang
menyukai cara instan dan tak menyukai proses. Semua ini memuakan, ketika aku
berusaha sungguh sungguh untuk belajar namun mereka tak mengahargainya.
Seperti itukah guru di negeriku? Seorang pengajar yang
dengan mudah memberi nilai secara subjektif kepada murid kesayangannya? Sungguh
aku tak menyukai ini!
Seperti itukah guru di negeriku? Seorang pengajar yang
tak mau tahu dan menunggui proses kami belajar di kelas.
Seperti tadi di kelasku, seorang guru mengajar seperti
biasanya. Namun kali ini ujian praktek berkelompok. Dengan bangga ia berkata : “Saya
akan mengambil nilai kelompok dan individu, bagaimana anda bekerja dalam
kelompok tersebut,” oke done, dua jam pelajaran jatahnya untuk menunggui kami
belajar dalam tugas kelompok tersebut. Namun pada jam pertama ia pergi entah
kemana, dan aku sudah bekerja dalam kelompok. Tempel, David dan Ulil juga sudah
selesai dengan urusan ini. lantas bagaimana kami memperoleh nilai jika gurunya
saja tidak ada?
Pada jam pelajaran kedua guru itu datang, tugas kami
adalah membongkar setrika yang sudah rusak dan merangkainya kembali. Kelompok kami
sudah selesai dan sudah dinilai hasil yang berupa tulisan. Mendapat nilai
sempurna A. Namun ia tiba tiba datang dan mengurangi nilai kelompok kami dengan
alasan ada sedikit bagian dari setrika itu yang pecah dan menuduh kami
memecahnya. Padahal itu memang sudah pecah dari
tadi sewaktu belum dibongkar.
Sempat terjadi perbantahan antara aku dan beberapa
temanku dengan guru itu. Namun nyatanya bagaimana? Nilai kami dikurangi tanpa
alasan yang mendukung. Ini bukan salah kami! Salah siapa juga pergi tanpa
alasan dan tidak melihat kinerja kami dalam kelompok?
Ya Tuhan, seperti inkah guru di negeriku? Raweeeeeeeeeerrrrrr
:s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar